Saturday, January 22, 2011

Do Me A Favour

Di mana. Tanyakan di mana mereka. Dulu mereka segelintir pada saat biru, tapi bukan itu yang ia cari. Mereka belum terlihat pada saat abu-abu, hingga abu-abu hampir menjadi hitam. Hampir ia putus asa mencarinya, hampir ia putus asa menunggu mereka. Namun mereka datang, mereka ada di sana. Ia tersenyum. Mereka tak jarang memanggilnya, karena itu ia cukup bahagia, Sesaat ia pikir merekalah yang ia cari.

Di mana. Namun kini di mana mereka. Mereka tak lagi memanggilnya. Ternyata ia salah. Bahkan mereka yang ia harapkanpun tak lagi memanggilnya. Akhirnya memang akan begini. Ia paham, ia tak bisa menerimanya walau ia paham betul akan begini. Maka ia coba berjalan lagi, ia coba meraba lagi. Perlahan, sebisa mungkin ia coba untuk tidak bergegas.

"Ha, akhirnya ada!", begitu pikirnya. Sembari berpikir begitupun ia sangat jarang dikirimi surat sebelum ia lebih dulu melakukannya. Kecuali, pada saat ia sakit. Sekali lagi ia tersenyum. Tapi sekejap mereka membuatnya bertanya lagi, "Di mana mereka?", pikirnya. 

Ia selalu berusaha memanggil mereka, tapi mereka terancam punah. Bukan, ia yang terancam punah.

No comments:

Post a Comment